MEMBACA buku, meresensi buku, dan menulis buku dapat menjadi sebuah keniscayaan atau bahkan “keharusan” bagi guru atau pendidik. Mengapa? Karena membaca adalah kegiatan atau gerakan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dengan kata lain, guru sebagai pendidik dan pengajar, sudah “seharusnya” memiliki kebiasaan membaca.

Bagaimana dengan meresensi buku? Kegiatan meringkas bacaan adalah salah satu menu yang harus diajarkan kepada siswa, dan otomatis, para gurunya harus terlebih dulu mempelajari dan menguasai hal itu. Meresensi buku memiliki dua hal penting yakni meringkas dan menimbang atau mereview. Maka, ketika guru atau penulis bermaksud menghasilkan karya tulis resensi buku, maka tinggal menambah poin menimbang buku setelah membuat ringkasan atau sinopsis.

Meresensi buku juga dapat dikatakan sebagai “membaca dua kali”, karena peresensi harus lebih mendalami isi buku sebelum melakukan resensi. Selain itu, peresensi juga harus membuat perbandingan dengan karya buku lain yang topiknya sama.

Buku bertajuk Orangtua Itu Teladan dan Guru Bagi Anak ini adalah kumpulan tulisan resensi buku. Sejumlah penulis yang sehari-ahri berkarya sebagai pendidik diminta untuk membaca sejumlah buku dan kemudian membuat resensi. Hasilnya adalah sebuah karya tuilis antologi resensi buku.

Penulis berharap, buku ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi siapa saja untuk mau menjalani etape literasi buku : membaca, meresensi dan menulis buku.  (Dra. Nurhidayati, M.Pd., Pendidik dan penulis buku “Menulis dengan Hati”)